Review Film “Tarung Sarung”

Judul Film : Tarung Sarung
Produser   : Archie Hekagery
Tahun         : 2020
Quotes : “Tuhan tak membutuhkanmu tapi kau yang membutuhkan-Nya. Sekalipun engkau tak mempercayainya, Dia tetap Maha Besar.”

Film ini menceritakan tentang anak pengusaha kaya yang menganggap uang adalah segalanya, bahkan ia sampai tak percaya dengan kekuasaan Tuhan. Anak itu bernama Deni Ruso yang merupakan anak dari pemilik Ruso Corp. Deni sering terlibat keributan dan perkelahian berkeroyok. Namun, ia selalu dilindungi oleh Om Badul dan anak buahnya. Hingga suatu saat Ibunda Deni marah luar biasa kepadanya dan memutuskan untuk mengirimnya ke Makassar. Ibunda Deni ingin anaknya belajar untuk mengurus salah satu kantor Ruso Corp yang ada di sana, sehingga tidak sibuk lagi dengan perkelahian. Ancaman akan mencabut semua fasilitas mewah pun berhasil membuat Deny menuruti kemauan ibunya itu.

Saat Deni sampai di Makassar, ia disambut oleh Tutu dan Gogos yang menjadi pegawai magang di Ruso Corp. Saat Deni berjalan-jalan menikmati indahnya pantai di Makassar, ia dipertemukan dengan gadis aktivis lingkungan yang bernama Tenri. Tenri ini sangat membenci Ruso Corp karena dianggapnya merusak lingkungan. Akhirnya Deni pun memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai anak pemilik Ruso Corp agar bisa dekat dengan Tenri.

Saat Deni mulai akrab dengan Tenri masalah pun muncul. Sanrego yang selama ini jadi juara bertahan tarung sarung di Makassar tak terima jika Deni mendekati Tenri. Sanrego pun menghajar deni habis-habisan dan menantangnya untuk tarung sarung. Tarung sarung atau budaya sigajang laleng lipa ini merupakan budaya Makassar satu lawan satu dengan tangan kosong atau bandik yang dibatasi kain sarung. Dengan adanya masalah itu, Deni pun berguru kepada Pak Khalid, paman dari teman Tenri. Pak Khalid yang merupakan pengurus masjid atau marbot awalnya tidak mau menerima Deni sebagai muridnya karena ia mengetahui Deni tak percaya dengan kuasa Tuhan. Namun, setelah melihat kesungguhan niat Deni untuk berlatih tarung sarung akhirnya Pak Khalid pun mau mengajarinya dengan syarat ia harus mau belajar kembali percaya dengan adanya Tuhan. Pak Khalid pun mendaftarkan Deni untuk mengikuti kejuaraan nasional tarung sarung agar bisa melawan Sanrego.

Review

Film ini sangat menarik dan kental dengan nilai budaya, agama dan adanya ajakan untuk mencintai lingkungan. Melalui film ini kita akan dikenalkan dengan budaya Sigajang laleng lipa yang merupakan budaya masyarakat Bugis dalam mempertahankan harga diri atau kehormatannya saat ada masalah. Meskipun dengan adegan sigajang laleng lipa yang menegangkan, film ini tetap memiliki sisi humoris melalui peran Tutu dan Gogos yang memiliki karakter lucu. Dalam film ini penonton diajak untuk menelisik ulang relasinya dengan Tuhan, keimanan yang kuat terhadap Tuhan akan membuat hidup kita tenang dan selamat. Ini ditunjukkan secara khusus dalam adegan Bapak Khalid saat mengajari Deni bertarung sarung melalui nasihatnya mengenai pentingnya beribadah dan berdoa kepada Tuhan. Hal menarik lainnya disajikan dalam adegan pengenalan budaya masyarakat bugis seperti makanan khas daerah sana yakni  kue barongko dan juga budaya gotong rumah atau warga bersama-sama mappalette bola.

Reviewer: Nurul Hidayatun Nazah (Mahasiswi S1 Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2020)

2 Responses

  1. ada hal yg disayangkan dalam film tersebut Karena sang sutradara terlihat sangat miskin literasi karena dalam film tersebut menggambarkan salah satu etnis yg ada di Sulawesi Selatan (Bugis). Namun dalam beberapa adegan menampilkan beberapa kebudayaan seperti akraga dan pepek pepeka rimakka. Kebudayaan yg ditampilkan sejarahnya bukanlah kebudayaan dari suku itu melainkan kebudayaan SUKU MAKASSAR. seperti pula latar budaya utama yg diangkat yaitu sitobok lalang lipa ini merupakan warisan budaya yg sering di peragakan oleh suku Makassar

  2. ada hal yg disayangkan dalam film tersebut Karena sang sutradara terlihat sangat salah karena dalam film tersebut menggambarkan salah satu etnis yg ada di Sulawesi Selatan (Bugis). Namun dalam beberapa adegan menampilkan beberapa kebudayaan seperti akraga dan pepek pepeka rimakka. Kebudayaan yg ditampilkan sejarahnya bukanlah kebudayaan dari suku itu melainkan kebudayaan SUKU MAKASSAR. seperti pula latar budaya utama yg diangkat yaitu sitobok lalang lipa ini merupakan warisan budaya yg sering di peragakan oleh suku Makassar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

advanced divider
Kategori