Mahasiswa KuPu-KuPu vs Mahasiswa KuRa-KuRa: who’s better?

Memasuki dunia perkuliahan sepertinya tidak asing dengan istilah mahasiswa kupu-kupu dan mahasiswa kura-kura. Akronim tersebut muncul sebagai ungkapan untuk mengidentifikasi mahasiswa berdasarkan aktivitasnya selama di kampus. Mahasiswa kupu-kupu merupakan kepanjangan dari kuliah pulang kuliah pulang. Artinya, mahasiswa tersebut tidak melibatkan dirinya dalam organisasi maupun kegiatan di kampus. Tipe mahasiswa seperti ini biasanya diidentikkan dengan sifat pemalas, skeptis, no life, dan stigma negatif lainnya. Di sisi lain, mahasiswa kura-kura merupakan akronim dari kuliah rapat kuliah rapat karena banyaknya organisasi yang diikuti selama di kampus. Bagi segelintir orang, mahasiswa kura-kura merupakan tolok ukur mahasiswa ideal. Sebab, mahasiswa tersebut dianggap memiliki kontribusi terhadap kampus, bahkan masyarakat luas. Melalui pemahaman seperti ini, mahasiswa kura-kura mendapatkan stigma yang lebih positif daripada mahasiswa kupu-kupu karena sejalan dengan visi “agent of change” yang selama ini digembar-gemborkan. Meskipun demikian, belum tentu mahasiswa kura-kura lebih baik daripada mahasiswa kupu-kupu. 

Tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa kura-kura memang memiliki kesempatan yang lebih besar dalam berjejaring atau membangun networking. Mahasiswa tipe ini juga menguasai beberapa soft skill, seperti berbicara di depan umum, mengambil keputusan, cara bekerja dalam kelompok. Hal ini nantinya akan memudahkan mereka pergaulan, bahkan dalam mencari pekerjaan di masa yang akan datang. Akan tetapi, mahasiswa kura-kura seringkali terjebak dalam toxic productivity karena manajemen diri yang kurang baik. Mereka sibuk melakukan berbagai kegiatan dengan segudang program kerja dan aksi nyata. Namun, pada akhirnya yang didapat bukanlah pengalaman melainkan rasa lelah berkepanjangan.  

Hal tersebut berbeda dengan mahasiswa kupu-kupu yang cenderung tidak suka untuk mengikuti serangkaian aktivitas organisasi di kampus. Biasanya, kelompok mahasiswa seperti ini hanya datang untuk kuliah dan akan pulang setelah kegiatan perkuliahan selesai. Dilansir dari artikel Kwik Kian Gie School of Business (04/08/2020) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menjadi mahasiswa kupu-kupu. Misalnya, dapat mengerjakan tugas dengan fokus, dapat mengikuti jadwal perkuliahan dengan baik, mempunyai kesempatan untuk lulus lebih cepat, meningkatkan indeks prestasi, serta dapat melakukan eksplorasi kegiatan baru. 

 

Menjadi mahasiswa kupu-kupu atau mahasiswa kura-kura merupakan pilihan masing-masing individu. Pada dasarnya, kedua tipe mahasiswa ini sama sama memiliki nilai manfaat jika mengetahui apa yang ingin diperoleh selama menjadi mahasiswa. Mahasiswa yang terlalu aktif tanpa diimbangi dengan manajemen diri yang baik, dapat melalaikan kewajiban untuk menuntut ilmu. Sebaliknya, mahasiswa yang terlalu pasif dan tidak memiliki pengalaman organisasi sama sekali juga akan kesulitan mencari pekerjaan setelah lulus. 

 

Akhir kata, setiap individu memiliki preferensi masing-masing tentang kehidupan perkuliahannya. Menjadi hak masing-masing dalam menentukan bagaimana kehidupan kuliah akan dijalankan. Hal terpenting di sini adalah masa kuliah harus diisi dengan hati gembira karena ini merupakan kesempatan untuk eksplorasi potensi yang dimiliki, melakukan apa yang diinginkan sejauh disertai dengan komitmen dan rasa tanggung jawab. 

 

Penulis: Muhammad Khoirul Rizal (Wakil Kepala Divisi Keilmuan)

Penyunting: Raden Roro Seraphine Kalista Drupadi (Sekretaris KAPSTRA)

 

Sumber gambar: Semar Edu Fair