Oleh: Kapstra Fisipol UGM
Yogyakarta, 20 Maret 2021— Keluarga Mahasiswa Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (Kapstra Fisipol UGM) melalui Kapstra Foundation telah mengadakan webinar berjudul SDGs Talk tahun 2021 dengan tema “Air, Sanitasi dan Pembangunan Berkelanjutan”, pada Sabtu (20/03). Kapstra Foundation merupakan lembaga filantropi sosial dari Kapstra yang sekaligus menjadi penyelenggara dalam diskusi daring melalui platform digital Zoom. Diskusi ini menghadirkan Viki Arthiando Putra, Aktivis Walhi Jogjakarta dan dipandu oleh Audrey Shafia Dwinandita, mahasiswi PSdK Fisipol UGM sebagai moderator.
Webinar SDGs Talk tahun 2021 ini dihadiri oleh 103 partisipan yang berasal dari berbagai universitas seperti UGM, UNY, IAIN Salatiga, Unair, ITS, Unand dan UNRI serta beragam elemen masyarakat yang juga ikut bergabung dalam diskusi menarik ini.
Diskusi dimulai dengan sambutan dari Dr. Silverius Djuni Prihatin, M.Si selaku kepala departemen PSdK Fisipol UGM. Dalam sambutannya, Dr. Silverius Djuni Prihatin, M.Si menjelaskan isu air bersih, sanitasi dan pembangunan berkelanjutan menjadi menarik untuk dibahas mengingat air merupakan sumber kehidupan sehingga perlu dijaga keberadaannya. Namun fakta dilapangan menunjukkan jika manajemen air dan sanitasi masih kurang mendapatkan perhatian. Sedangkan pertambangan liar telah mempengaruhi ketersediaan air bersih bagi masyarakat. Harapannya, momentum peringatan hari air ini bisa memberikan wawasan dan komitmen tentang menjaga air untuk pembangunan berkelanjutan.
Kemudian, Viki menjelaskan bahwa air bersih dan sanitasi merupakan hak fundamental serta kebutuhan mendasar bagi semua orang, dan ini menjadi isu sentral di Walhi Jogjakarta. Dalam konteks Kota Jogjakarta, pemenuhan air bersih berasal dari Daerah Aliran Sungai Opak yang hulunya berada di lereng Merapi, sehingga ketersediaan air bersih dari sana berdampak kepada hajat hidup orang banyak.
Selain itu, fakta di lapangan menunjukkan, krisis air sebagai akibat dari perubahan iklim telah berdampak pada kekeringan yang menyebabkan gagal panen, privatisasi air oleh korporasi, menurunnya muka air tanah dan banjir. Temuan Walhi Jogjakarta juga menunjukkan adanya korelasi pembangunan infrastruktur pariwisata yang masif dengan hilangnya penyimpan cadangan air, di mana banyak pembangunan kawasan wisata yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutan dalam pembangunannya.
Di akhir diskusi, beliau menyampaikan kepada generasi muda untuk lebih peduli terhadap isu kerusakan lingkungan serta mengambil bagian dalam kampanye lingkungan.