Judul buku : Arti Kehilangan
Penulis : Ade Rahayu
Penerbit : Euthenia (2015)
Quotes :
“ Ada hal yang bisa menjadi pilihan dalam hidupmu, ada juga hal yang memang telah menjadi kodratnya seorang perempuan maka jadilah gadis yang tangguh”
Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan bernama Gadis Ayu Pintoko yang merupakan keturunan Jawa dengan Minang. Gadis berarti perempuan, sedangkan Ayu diambil dari nama ibunya yang berasal dari Jawa, dan Pintoko adalah nama unik yang diberikan oleh keluarga ayahnya yang berasal dari Minang. Ayah dan ibunya ini melangsungkan akad pernikahan di Jawa tepatnya di Yogyakarta. Setelah itu barulah pesta pernikahan atau yang disebut dengan baralek gadang diselenggarakan di Minang. Setelah pesta pernikahan selesai, ayah dan ibu Gadis memilih untuk tinggal di Jakarta sembari menjalankan usahanya berupa toko ATK.
Gadis dibesarkan oleh sosok ibu yang luar biasa dengan segala kebisaannya. Meskipun ibunya ini bukan perempuan karir namun bagi ayah gadis, ia adalah sosok perempuan yang tidak bisa terlepas dari segala rutinitas di rumah yang tertata dengan apik. Bangun subuh-subuh yang dimulai dengan sholat berjamaah lalu menyiapkan segala keperluan suami dan anaknya. Ibunya ini memang paling tahu apa yang terbaik untuk keluarga kecilnya di rumah. Gadis pun selalu diajarkan untuk menjadi perempuan yang disiplin dan serba bisa agar kelak mampu mengurus dirinya sendiri.
Suatu ketika Gadis beserta ayah dan ibunya pun berlibur ke tanah Minang mengunjungi sanak keluarga di sana. Gadis senang sekali berada di sana dan ingin bisa mendaki Gunung Singgalang. Namun, setelah mereka senang berlibur dan akhirnya kembali pulang justru banyak kericuhan terjadi di Jakarta. Banyak sekali teriakan-teriakan “Bunuh Cina, Bunuh Cina, Bakar Cina”. Selain itu banyak toko-toko yang dijarah dan dibakar termasuk toko ATK milik ayah Gadis. Waktu itu Gadis dan ibunya berada di rumah sedang ayahnya berada di toko. Setelah ibunya mendapat kabar bahwa tokonya dibakar rasa cemas terhadap ayah pun tak dapat dibendung. Ibu Gadis langsung pergi ke toko untuk memastikan keadaan ayah sedangkan Gadis tetap berada di rumah mengingat banyak kerusuhan di luar. Ayah Gadis baik-baik saja tapi ibunya malah menjadi korban dari kerusuhan itu hingga akhirnya nyawanya tak dapat tertolong.
Setelah kejadian itu, Gadis dan ayahnya memutuskan untuk tinggal di Bukittinggi. Gadis bersekolah di sana dan mendapat kawan-kawan baru meski ada kawan yang tak suka dengannya karena ia bukan gadis asli Minang melainkan gadis keturunan Minang-Jawa. Hal itu karena di Minang garis keturunannya bersifat matrilineal sedangkan ibunya Gadis berasal dari Jawa. Namun, semua itu tidak mematahkan semangat gadis untuk mengejar mimpi-mimpinya hingga akhirnya ia berkuliah di Padang. Saat kuliah, Gadis jauh dari keluarga dan saat itu ayahnya sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Tak lama setelah ayahnya meninggal, Gadis kembali merasakan kehilangan lagi. Neneknya yang selama ini tinggal bersamanya pun turut berpulang ke tempat yang abadi. Sebelum itu neneknya pun menceritakan arti nama pintoko (pintak orang koto) yang artinya Gadis adalah anak yang menjadi harapan keluarga. Setelah semua kehilangan-kehilangan itu Gadis berjanji akan menjadi gadis yang tangguh seperti pesan ibunya dan akan mempertanggungjawabkan nama Pintoko yang selama ini disandangnya.
Review
Novel ini menceritakan tentang kisah Gadis, seorang perempuan yang harus tetap tangguh meski ia banyak merasakan kehilangan orang-orang yang dicintai dan disayanginya. Cerita dalam novel ini dikemas dengan apik hingga mampu membuat pembacanya turut merasakan kesedihan perasaan tokoh utamanya. Selain itu, novel ini juga memperkenalkan budaya Minang dan Jawa kepada pembacanya, seperti adat pesta pernikahan Minang yang biasa disebut baralek gadang. Pesta pernikahan khas Minang digambarkan sebagai acara yang sangat meriah karena ada hiburan seperti saluang, randai, dan rabab.
Novel ini juga mengajak para pembacanya, terkhusus perempuan, untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada lelaki sekalipun ia adalah ibu rumah tangga. Ini ditunjukan melalui tindakan ibunda dari Gadis yang hidup teratur dalam mengurus diri sendiri, keluarga dan rumahnya. Tokoh ibu juga mengajarkan anak gadisnya untuk dapat menjadi perempuan yang mengerti kodrat dan pilihannya sebagai perempuan, sehingga ia bisa mengatur hidupnya sendiri.
Setelah membaca novel ini, pembaca akan merasa termotivasi untuk menjadi perempuan yang tangguh dan bisa menentukan apa yang menjadi pilihan dalam hidupnya. Pembaca pun diajak untuk menghalau perasaan takut dalam upaya untuk mencapai cita-cita sekalipun ia adalah seorang perempuan. Selama kita mampu, maka kita pasti dapat mencapainya. Hal yang juga tak kalah menarik juga akan didapatkan pembaca karena disajikannya beberapa puisi mengharukan dan penuh makna sebagai daya tarik dari novel ini.
Reviewer: Nurul Hidayatun Nazah (Mahasiswi S1 Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2020)