Review Buku “Yang Belum Usai”

Judul : Yang Belum Usai

Penulis : Pijar Psikologi

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Tahun : 2020

Quotes : “Hidup adalah tentang bagaimana kita menerima setiap peristiwa baik itu menyenangkan atau menyakitkan, serta orang-orang di dalamnya termasuk diri kita sendiri”

Sinopsis :

Buku “Yang Belum Usai” membahas mengenai luka batin yang kerap dimiliki oleh manusia yang belum disadari secara penuh keberadaannya. Tidak hanya fisik, namun batin pun juga bisa mengalami luka. Akan tetapi, tidak seperti luka fisik yang memiliki rupa nyata, seperti luka tusuk, robek, atau lecet. Luka batin justru terkesan abstrak atau sulit untuk dilihat secara langsung. Oleh karenanya, luka batin jarang atau tidak pernah dibicarakan.

Time heals nothing merupakan frasa yang dipilih oleh penulis untuk membuka pembahasan tersebut. Selama ini, banyak orang yang berpikiran bahwa luka batin akan sembuh dengan sendiri seiring berjalannya waktu. Demikian juga ketika kita lama-kelamaan akan mampu memaafkan orang yang dahulu pernah menyakiti. Begitu pula dengan trauma yang lambat laun akan hilang dengan sendirinya. Namun, semua pandangan itu keliru.

Menyembuhkan luka batin bukan pekerjaan pasif -menunggu-. Seseorang tidak bisa diam dan membiarkan “waktu yang bekerja”. Menyembuhkan luka batin memerlukan komitmen di mana kita harus menyediakan waktu, energi, dan biaya untuk sembuh dari luka psikis yang ditumpuk entah sejak kapan. Luka ini serupa dengan luka fisik yang perlu dibersihkan, ditutup, dirawat, dan disembuhkan agar semakin parah. Setiap luka fisik membutuhkan penanganan dan perawatan yang berbeda. Jika intervensi yang diberikan tidak tepat, maka luka tersebut dapat mengalami infeksi, bengkak, hingga menjadi lebih parah. Demikian pula dengan luka batin yang membutuhkan langkah yang tepat untuk menyembuhkannya.

Agar luka batin dapat sembuh, dibutuhkan terapi psikologis dengan berbagai metode, intensitas, dan frekuensi yang berbeda. Sayangnya masih banyak orang yang menganggap luka batin akan sembuh dengan sendirinya. Banyak orang yang ke psikolog baru sekali kemudian merasa sia-sia karena telah membayar mahal hanya untuk “sekadar” curhat. Padahal layaknya dokter, psikolog atau psikiater perlu waktu untuk mendiagnosis pasiennya. Belum lagi banyak orang yang denial merasa dirinya baik-baik saja tapi kerap melukai orang-orang disekitarnya atau menyakiti diri karena luka batin yang belum sembuh. Oleh karenanya, buku ini hadir untuk mengedukasi dan membumikan bahasan mengenai luka batin yang dikemas dalam empat bagian.

Review :

Buku yang sangat menarik ketika teman-teman ingin mencoba memahami diri lebih jauh. Menggali, mengenali, dan memberi nama kepada luka yang sebelumnya ada, namun kita tidak pernah sadar bahwa luka itu ada. Luka yang timbul dari berbagai aktivitas hingga menimbulkan trauma dalam hidup. Setidaknya kita bisa tau nama luka tersebut dan apa penyebabnya sehingga dalam sisa perjalanan hidup kita bisa lebih peduli terhadap diri sendiri.

Buku ini dikemas dengan empat bagian, bahasa yang lugas, serta dihias dengan ilustrasi yang menarik. Hal tersebut membuat para pembaca mampu memahami pesan yang diberikan oleh penulis. Saya melihat bahwa buku ini seakan-akan mengajak kita untuk meluangkan waktu sejenak dan berdialog dengan diri sendiri. Bertemu, berbincang, dan memeluk diri sendiri serta berusaha memaafkan kejadian yang telah ada. Tentunya proses tersebut bukanlah proses instan, bahkan bisa jadi berlangsung seumur hidup. Pada akhirnya, kesadaran dan kemauan menjadi langkah awal untuk memulai mencintai diri sendiri.

Reviewer : Roichan Rochmadi I (Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, 2019)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

advanced divider
Kategori