Yogyakarta, 14 Desember 2021– Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) Fisipol UGM mengadakan Social Development Talks (SODET) edisi Desember 2021 dengan tajuk Community Development in Southeast Asia: Poverty Alleviation and Challenge in Malaysia, pada Selasa (14/12). Acara ini menghadirkan Sara Shakilla Binti Mohd Salim, Phd Community Development, dosen di Faculty of Human Sciences, Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) serta peneliti dan praktisi Community Development of Malaysia (GEM).
Diskusi dimoderatori oleh Galih Prabaningrum, S.Sos. M.A, Dosen PSdK Fisipol UGM. Galih membuka diskusi dengan menyampaikan kondisi kemiskinan serta upaya pengentasannya sejak tahun 1970 hingga sekarang di Indonesia. “Data kemiskinan dari 1970-2018 trennya mengalami penurunan. Tahun 1970 tingkat kemiskinan mencapai 60 persen, namun pada tahun 2018 mengalami penurunan drastis di bawah 10 persen, tepatnya 9,82 persen,” demikian pembuka Galih.
Sara memulai pembahasannya terkait dengan konsepsi community development yang erat kaitannya dengan pembangunan. Menurutnya pembangunan pada dasarnya berbicara dan bertujuan untuk pengentasan kemiskinan. “Saat kita berbicara community development, maka kita berbicara pembangunan yang indikasinya ditunjukkan dengan pengentasan kemiskinan. Karena pengurangan kemiskinan hampir di semua negara dilakukan dengan pendekatan pembangunan sosial,” ujar Sara.
Malaysia mengalami perjalanan panjang pembangunan sosial di negaranya. Sara memaparkan pembangunan sosial dimulai oleh Rancangan BRIGGS pada tahun 1948 dan terus berkembang dengan pelbagai program dan kebijakan hingga sekarang dikenal dengan Rancangan Malaysia Kesebelas. “Perjalanan panjang pembangunan sosial sebagai pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan pelbagai inisiatif. Variasi tidak hanya dilihat dari inisiatif programnya, namun pendekatan serta kelompok masyarakat yang menjadi prioritas juga berbeda-beda,” tambah Sara.
Terkait dengan kondisi kemiskinan di Malaysia, pada tahun 2020 angkanya sebesar 8,4 persen. Sabah dan Kelantan menjadi dua wilayah dengan penduduk miskin tertinggi. Hal ini menurut Sara dikarenakan keduanya merupakan wilayah terbesar di Malaysia.
Paparan terakhir, Sara menyampaikan pekerjaan rumah terbesar Malaysia saat ini yaitu pembaharuan batas garis kemiskinan. “Malaysia saat ini terus melakukan update garis kemiskinan yang terkini terhitung batas minimal pendapatan keluarga per bulan dikatakan miskin bila dibawah 2208 ringgit. Sekarang masih terus dikaji untuk menemukan batas garis kemiskinan yang tepat,” ujar Sara
Pemaparan Sara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab bersama peserta. Salah satu pertanyaan dari Edy yang bertanya peranan sektor bisnis sebagai aktor lain dalam pengentasan kemiskinan di Malaysia. Peranan sektor bisnis dalam pengentasan kemiskinan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) yang mulai terlihat perannya sejak tahun 2006. Pelaksanaan CSR dilakukan dengan fokus dan dimensi yang berbeda seperti berupaya untuk peningkatan pendidikan, kesehatan, lingkungan, serta lainnya.
Penulis: M. Farid Budiono