Social Development Talks: Cerita SNV dalam Pemberdayaan Petani Karet Berkelanjutan

Yogyakarta, 30 Agustus 2021- Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM mengadakan diskusi Social Development Talks (SODET) dengan tajuk ”Pemberdayaan untuk Misi Sosial dan Lingkungan: Cerita SNV dalam Memberdayakan Petani” pada Senin (30/08). Tema diskusi pada edisi ini mengikuti tema dari Dies Natalis Departemen PSdK ke-64: “Social Development in The Decade of Ecosystem Restoration”.

Tujuan dari acara ini untuk dapat menjadi ruang diskusi dan sarana pengetahuan kepada publik terkait peran Non Government Organization (NGO) di Indonesia sebagai salah satu aktor pemberdayaan.

Diselenggarakan melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung dari kanal YouTube PSdK FISIPOL UGM, SODET menghadirkan Ilahang selaku Projek Manajer Karet SNV dan dimoderatori oleh Rezaldi Ali Pramadha, S.E., M.S.S selaku dosen Departemen PSdK.

Rezaldi membuka diskusi dengan potensi dan permasalahan pertanian di Indonesia. Sektor pertanian menjadi sektor nomor dua tertinggi penyumbang pendapatan negara. Namun, sisi lain sektor pertanian masih terus berkutat dengan kemiskinan. Hal ini dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mana sektor pertanian menjadi sektor dengan upah yang rendah. “Rata-rata buruh di sektor pertanian itu menjadi dua yang terendah, hanya 1,9 juta rupiah perbulan. Padahal upah buruh rata-rata di Indonesia 2,9 juta rupiah,” ujar Rezaldi.

Permasalahan lain yang dihadapai petani adalah tekanan perubahan iklim. Kondisi ini menjadi salah satu sebab tekanan kepada petani dikarenakan menjadi faktor penentu kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Selain itu, tuntutan menghasilkan produk yang ramah lingkungan atau produk keberlanjutan juga dihadapi oleh petani. “Bagaimana sektor pertanian tetap tumbuh dan menjaga prinsip keberlanjutan menjadi penting. Oleh sebab itu, disini SNV Indonesia bersama dengan berbagai pihak mempromosikan Responsible Sourcing from Smallholders untuk menghubungkan produk petani kecil ke perusahaan dengan menerapkan prinsip keberlanjutan,” lanjut Rezaldi sebelum sesi pembicara.

Ilahang memulai sesinya dengan memperkenalkan SNV sebagai salah satu Non Government Organization (NGO) yang berfokus kepada peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui program agriculture, energy, dan water sanitation. Sejak tahun 2013, SNV memulai berbagai projeknya di Indonesia dan salah satunya dengan memperkenalkan bisnis inklusif komoditas karet. “Bisnis berkelanjutan sektor karet sangat penting karena faktanya karet di Indonesia 85 persen produksinya dari smallholders.” ujar Ilahang.
Bisnis berkelanjutan yang dilakukan oleh SNV dengan RSS Framework memadukan dua pilar besar dalam pemberdayaan petani. Pilar 1 yaitu standar minimal yang harus dipenuhi seperti hak dan konflik lahan; deforetasi dan peralihan lahan; hak; dan kondisi tenaga kerja. Ditambah pilar 2 antara lain peningkatan hasil produksi dan ketahanan pangan; penghidupan dan institusi yang lebih baik; peningkatan praktik pertanian. Kedua pilar ini dalam proses pemberdayaan petani karet harus bisa sejalan beriringan. Pelibatan multi-aktor juga menjadi penting dalam pelaksanaan ini.

Pemaparan materi oleh Aang Ilahang

Terdapat tiga kerangka besar dalam pemberdayaan petani yang dilakukan oleh SNV. Pertama, meningkatkan kapasitas petani yang dilakukan dengan pelatihan-pelatihan pengelolaan kebun yang baik. Kedua, penguatan kelembagaan petani dengan mendampingi pembentukan Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (Bahan Olah Karet) atau disingkat UPPB,  Kelompok Tani Hutan dan  Koperasi. Ketiga, mengembangkan pusat pelatihan petani karet. Cara terakhir ini menjadi bukti keberhasilan SNV dalam meningkatkan petani berkelanjutan dari segi kualitas maupun kuantitas. “Dulu, sebelum adanya pusat pelatihan, jumlah penerima manfaat hanya 400 petani. Tapi saat ini dengan adanya pusat pelatihan petani yang mana bertujuan untuk membentuk trainer lokal penerima manfaat meningkat 8.000 petani yang menghasilkan 9.600 ton hasil karet ramah lingkungan per tahun.” tambah Ilahang.
Ilahang menutup pemaparannya dengan memperkenalkan konsep kemitraan multi-pihak dalam mewujudkan bisnis berkelanjutan yang sedang dibangun di salah satu kabupaten mitra yaitu Musi Banyuasin. Melalui pendekatan Verified Sourcing Area, diharapkan dapat mendorong penerapan standar global terhadap komoditi yang ada di Musi Banyuasin, salah satunya karet.

Sesi diskusi

Pemaparan Ilahang dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama peserta. Salah satu pertanyan dari Eko Fajar yang bertanya terkait dengan kebutuhan teknologi yang dibutuhkan petani sebagai mitra pembangunan serta proses transfer of knowledge yang dilakukan oleh SNV. Menurut Ilahang kebutuhan teknologi komoditi karet sangat beragam sekali mulai dari kegiatan pertanian hulu hingga hilir. Salah satu contohnya teknologi yang memudahkan petani dalam mengakses harga karet secara aktual terus dikembangkan saat ini.

Penulis: M. Farid Budiono

Poster Acara

Berita Lainnya

advanced divider
Kategori