SELINTING: Kentut

Ringkasan 

Film Kentut (2011) merupakan film yang disutradarai oleh Aria Kusumadewa dan dirilis pada 1 Juni 2011. Film ini menjelaskan mengenai realitas pesta politik yang ada di negara kita. Cerita yang dibawa berada pada narasi humor dan sindiran untuk demokrasi kita. Sinopsis dari cerita ini bermula dari adanya persaingan antara kedua calon bupati Kuncup Mekar yang berlanjut pada putaran kedua. Hasil putaran pertama, pasangan calon (paslon) nomor 1 unggul daripada paslon 2. Jika pemilu berjalan lancar, maka dapat dipastikan paslon 1 memenangkan putaran kedua. Pasangan nomor 1 adalah Pattiwa dan Ki Orka. Keduanya berasal dari jalur independen dengan gagasan visioner untuk Kabupaten Kuncup Mekar. Lawannya adalah pasangan nomor 2, yaitu Jasmera dan Della Rosa (seorang pedangdut terkenal) yang maju diusung Partai Asam Lambung dengan gagasan kontroversialnya. Pattiwa dan Ki Orka memiliki visi misi yang berporos pada pendidikan, kesehatan, serta kesejahteraan masyarakat dengan program rasional. Hal tersebut berbeda dengan paslon 2 yang mengusung slogan ‘Anti-Kemunafikan’. Paslon nomor 2 ini menggunakan program-program yang irasional dan kontroversial untuk mewujudkan kesejahteraan, seperti melegalkan perjudian, pesta, hingga program beras terkomputerisasi. Jasmera adalah sosok yang mengagungkan hedonisme. Dengan narasi irasionalnya, Jasmera menawarkan program kesejahteraan melalui cara kontroversial.

 

Kampanye yang dilakukan oleh kedua kubu memiliki bentuk yang berbeda. Paslon nomor 1 menggunakan kampanye untuk kegiatan bermanfaat seperti bakti sosial, kunjungan ke peternakan, serta program bantuan kepada masyarakat. Berbeda dengan kubu paslon 2 yang menggunakan cara tari-tarian serta konvoi jalan untuk melaksanakan kampanye dalam mendapatkan suara masyarakat. Kedua hal tersebut sering dijumpai di negara ini dalam program kampanye. 

 

Setelah debat terbuka, terjadi kasus penembakan kepada paslon nomor 1 yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Diagnosis dokter terhadap Pattiwa adalah membutuhkan kentut untuk kembali sadar. Dalam hal ini, kentut menjadi permasalahan pelik bagi kubu paslon nomor 1. Lebih-lebih hari pencoblosan semakin dekat. Saat dirawat, Pattiwa didatangi oleh sekelompok masyarakat religius dari berbagai agama untuk mendukung kesehatan Pattiwa. Masyarakat dari berbagai agama hingga kepercayaan lokal pun turut hadir untuk mendoakan kesehatan Pattiwa. 

 

Pesta demokrasi di Kabupaten Kuncup Mekar mengalami gejolak akibat fenomena tersebut. Tim sukses (timses) paslon 1 melakukan berbagai cara untuk mendapat simpati masyarakat di tengah kondisi sulit, seperti memberi bantuan pulsa dan makan kepada para pendoa Pattiwa. Paslon 2 mengambil kesempatan dari fenomena tersebut. Suasana rumah sakit yang merawat Pattiwa sangat ramai laiknya pasar. Di sela keramaian, timses paslon 2 memberikan uang kepada masyarakat sekitar yang berada di dalam keramaian pendukung Pattiwa. Selain itu, mereka juga mengirimkan orang untuk menghambat kentut dari Pattiwa. Seiring berjalannya waktu, hari pencoblosan pun tiba dan Pattiwa akhirnya kentut pada hari itu. Namun, ternyata Jasmera justru menang menjadi Bupati Kabupaten Kuncup Mekar.

 

Ulasan

Pesta demokrasi di Indonesia umumnya memiliki realitas yang serupa dengan film ini. Terkadang terdapat calon yang benar-benar visioner dan memiliki program realistis, tetapi di-counter oleh lawan politiknya dengan slogan kemunafikan. Kerap kali, kampanye yang menggunakan cara-cara hiburan sesaat seperti konvoi, tarian, atau panggung hiburan justru menang. Praktik money politic juga sering ditemui dalam pesta demokrasi untuk memperoleh kekuasaan dari pihak manapun. 

 

Film ini menjadi gambaran realitas pesta demokrasi di Indonesia yang terkadang mengandung cara-cara unik, cerdik, maupun licik untuk memperoleh kekuasaan. Pun juga fenomena saling serang antarpaslon turut mewarnai realitas pesta demokrasi di Indonesia. Kampanye hitam melalui berbagai cara menjadi realitas untuk menyerang calon-calon potensial. Pattiwa adalah representasi calon pemimpin yang berniat tulus untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Namun, Pattiwa justru diserang dengan narasi-narasi negatif untuk meruntuhkan citra positifnya. Di sisi lain, Jasmera adalah sosok calon pemimpin yang cenderung dipilih oleh masyarakat karena slogan-slogan yang terucap saat kampanye. 

 

Realitas tersebut menyiratkan bahwa terkadang masyarakat lebih memilih calon yang kontroversial daripada yang mempunyai kapasitas dan torehan prestasi. Narasi-narasi politik turut mewarnai demokrasi membuat masyarakat terhasut oleh omongan. Film Kentut telah memberikan gambaran realitas politik di negeri kita dengan balutan komedi yang menjadi cerita jenaka bagi realitas pesta perpolitikan. 

 

Penulis: Fachrurizal Mahendra (Staf Divisi Keilmuan KAPSTRA)

Penyunting: Raden Roro Seraphine Kalista Drupadi (Sekretaris KAPSTRA)

 

Sumber gambar: https://amiratthemovies.com/2011/06/02/review-kentut-2011/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

advanced divider
Kategori