Kegiatan MARIMAS merupakan salah satu proker dari Divisi Sosial Masyarakat KAPSTRA yang kegiatannya berupa kunjungan ke suatu komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan dengan tujuan untuk berbagi ilmu terkait dinamika di suatu komunitas bidang tersebut. Pada kegiatan MARIMAS #3 yang diadakan pada tanggal 28 Oktober 2022, kami mengunjungi Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) yang terletak di Jl. KH. Ali Maksum No.83, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. MARIMAS #3 dilakukan pada sore hari sekitar pukul 14.00 hingga pukul 15.30 WIB dan diikuti oleh 15 anggota Sosmas dan 7 anggota KAPSTRA. Pembicara dari MARIMAS #3 adalah Ibu Reny Indrawati selaku Sekretaris WKCP Yogyakarta, salah seorang penyandang, orang tua penyandang, serta beberapa relawan WKCP. Kegiatan MARIMAS #3 dibarengi dengan program kerja PODMAS #3 yang bertugas mengambil video sebagai sarana menyebarkan informasi mengenai cerebral palsy ke masyarakat.
Pemilihan WKCP sebagai narasumber MARIMAS edisi ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan edukasi terkait apa itu cerebral palsy dan bagaimana agar masyarakat menumbuhkan rasa empati terhadap anak-anak cerebral palsy serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait cerebral palsy.
Melalui kunjungan tersebut didapatkan informasi yang dijelaskan oleh Ibu Reny mengenai definisi, bentuk, dan jenis dari cerebral palsy di mana para penyandang cerebral palsy tidak semuanya memiliki gejala serta kemampuan fisik yang sama satu sama lain karena cerebral palsy mempengaruhi bagian tubuh yang berbeda pada setiap individu. Kemudian, kita dipaparkan pengalaman oleh salah satu penyandang cerebral palsy yang menceritakan kehidupannya dari ia lahir hingga ia dewasa bahwa selama hidupnya tidak jarang beliau mendapatkan diskriminasi dan pandangan negatif oleh lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, salah satu orang tua dari penyandang cerebral palsy bercerita tentang pengalamannya mengurusi anak cerebral palsy, di mana perang batin dan keikhlasan seorang orang tua sedang diuji. Banyak sekali tantangan yang harus dilewati serta penyesuaian yang dilakukan dalam menghadapi anak-anak cerebral palsy. Lalu, dibutuhkan kesabaran yang luar biasa bagi orang tua cerebral palsy dan yang paling penting perlunya pengetahuan sebelum melakukan tindakan terhadap anak-anak cerebral palsy karena anak cerebral palsy tentunya berbeda dengan anak-anak biasa.
Di samping itu, hal menarik disampaikan oleh seorang relawan bahwa awalnya ia hanya ingin menjadi seorang relawan disabilitas. Akan tetapi, ia tidak berpikir mengenai mengenai disabilitas cerebral palsy karena baginya disabilitas hanya sekadar kelainan, seperti tidak bisa berjalan dan sebagainya yang selama ini ia lihat di sekitarnya. Oleh sebab itu, ketika ia akhirnya menjadi relawan untuk penyandang cerebral palsy, ia menuturkan sangat banyak pengalaman dan jawaban atas hal-hal yang sebelumnya tidak ia ketahui, khususnya terkait cerebral palsy. Menjadi relawan telah merubah cara pandangnya terhadap dunia disabilitas. Hal tersebut juga menambah wawasan yang ia miliki sebagai bekalnya dalam menghadapi masyarakat penyandang disabilitas.
Setelah kunjungan tersebut, terdapat pesan yang disampaikan oleh pihak WKCP bahwa diharapkan setelah kehadiran MARIMAS #3 diadakan dan PODMAS #3 diterbitkan, awareness dan pemahaman masyarakat terkait cerebral palsy dapat tersebar luas. Kemudian, penyandang disabilitas cerebral palsy dapat memiliki ruang di dalam lingkungan masyarakat sehingga diskriminasi dan stigma negatif tidak lagi mereka dapatkan. Selanjutnya, pihak WKCP berharap bahwa pemahaman yang telah didapatkan dapat menjadi pembelajaran atau pembekalan bagi tiap-tiap individu dalam memandang, bereaksi, dan bertindak ketika menghadapi anak-anak cerebral palsy. Pemberian kenang-kenangan kepada pihak WKCP sebagai ucapan terima kasih serta dilanjutkan dengan sesi foto bersama menjadi agenda terakhir yang dilakukan dalam kegiatan ini.
Penulis: Amanda Damayanti
Penyunting: Tuffahati Athallah