Reviewer: Nurul Hidayatun Nazah (Mahasiswa S1 PSdK FISIPOL UGM angkatan 2020)
Judul Buku: Soe Hok Gie “Catatan Seorang Demonstran”
Penyunting: Ismid Hadad, Fuad Hashem, Aswab Mahasin, Ismet Nasir dan Daniel Dhakidae
Penerbit: Pustaka LP3ES Indonesia
Tahun Terbit: 2005
Kutipan dari Buku: Hanya ada dua pilihan menjadi apatis atau mengikuti arus tetapi aku memilih untuk menjadi manusia merdeka.
Buku Soe Hok Gie dibagi menjadi delapan bagian, bagian I, Soe Hok Gie: Sang Demonstran; bagian II, Masa Kecil; bagian III, Di Ambang Remaja; bagian IV, Lahirnya Seorang Aktivis; bagian V, Catatan Seorang Demonstran; bagian VI, Perjalanan Ke Amerika; bagian VII, Politik, Pesta dan Cinta; dan bagian VIII, Mencari makna. Buku ini bercerita tentang Soe Hok Gie yang merupakan seorang aktivis kampus yang memegang teguh prinsipnya dan memiliki cita-cita yang besar. Mimpinya bukan hanya tentang dirinya tapi juga tentang kepentingan orang banyak dan kaum yang termarjinalkan. Sosok Gie ini gemar sekali membuat catatan-catatan tentang apa yang ada dipikiran kritisnya sebagai representasi dari pengalamanya menjadi seorang mahasiswa, pendaki, dan tentang dirinya yang merdeka yang memiliki darah Tionghoa.
Soe Hok Gie adalah seorang pemikir yang berani melontarkan pendapat-pendapatnya tentang segala permasalahan yang dialami bangsa Indonesia seperti masalah kesenjangan, kebijakan pemerintah yang kurang bijak terhadap rakyat kecil dan marjinal, serta segala permasalahan yang terjadi di masa orde baru. Sebagai sosok intelektual, Gie memiliki pemikiran yang luas dan selalu menjunjung nilai keadilan dan kejujuran. Gie berusaha untuk menggugah keberanian mahasiswa dalam bersikap dan menanggapi masalah yang ada. Di tengah-tengah pertentangan politik agama, kepentingan golongan, ia tegak berdiri di atas prinsip perikemanusiaan dan keadilan dan secara jujur dan berani menyampaikan kritik-kritik atas dasar prinsip-prinsip itu demi kemajuan bangsa. Baginya, hanya ada dua pilihan menjadi apatis atau mengikuti arus tetapi aku memilih untuk menjadi manusia merdeka. Hal itu juga dikarenakan aksi sosial aktivis berpotensi diintervensi oleh politikus untuk kepentingan politik.
Buku ini memperkaya sudut pandang kita tentang politik pada masa orde baru melalui catatan kritis dari sosok Soe Hok Gie. Buku ini juga memberi wawasan tentang diaspora Tionghoa di Indonesia yang bisa menjadi renungan kita bersama untuk lebih menumbuhkan adanya inklusivitas. Melalui buku ini saya sadar bahwa, Gie, adalah sosok yang berdiri di atas apa yang dia benar-benar pikirkan tentang apa yang benar untuknya. Ia tidak mau hanya mengikuti mayoritas rekan-rekannya di universitas. Sebagai mahasiswa yang kritis, ia tidak ingin hanya beraksi menyuarakan aspirasi tanpa pemikiran yang matang atau hanya sekadar ikut-ikutan. Secara keseluruhan buku ini menjadi salah satu karya yang wajib dibaca oleh para mahasiswa atau orang lain yang mengatasnamakan dirinya sebagai aktivis namun kehilangan makna karena unsur politis.
3 Responses
Saya sangat suka buku ini
jangan lupa nonton filmnya juga yaa!:D
Perjuangan membutuhkan pengorbanan dan keikhlasan, siap di kucilkan lingkungan di sekitar kita, bahkan siap di kandangkan…teror dan intimidasi hal yang biasa…”hidup Mahasiswa” ayo bangkit melawan ketidak Adilan…dan kesewenang-wenangan.