Judul : The Flu
Sutradara: Kim Sung-Su
Tahun : 2013
Quotes : “When cornered humans can’t stay calm, if fear takes over after the report, it’ll be scarier than the virus itself.” – Menteri Pertahanan
Sinopsis
Cerita bermula dari penyelundupan imigran ilegal dari asia tenggara dan Tiongkok menggunakan kontainer. Tetapi, sebelum diberangkatkan ke Korea mereka telah mengalami gejala flu seperti batuk dan bersin. Selanjutnya, kontainer tersebut tiba di Korea dan dibuka oleh Byung Woo dan Byung Ki. Namun, para imigran tersebut telah tewas dan tersisa Monsaai yang masih hidup. Akan tetapi, Byung Woo terpapar virus yang dibawa oleh para imigran dalam kontainer. Byung Woo teridentifikasi sebagai pasien virus flu burung pertama di Korea. Selanjutnya, kepolisian menemukan kontainer sebagai sumber penyakit tersebut dan banyak warga yang telah terinfeksi. Pimpinan kota dan para dokter mengadakan pertemuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Bundang. Mi Reu (anak dari dokter In Hae) yang sebelumnya bertemu dengan Ji Koo (seorang penyelamat) tersesat dalam pusat perbelanjaan diantara para warga Bundang yang sedang panic buying. Warga Bundang diseleksi untuk diselamatkan keluar dari Bundang dengan catatan sehat dan tidak menunjukkan gejala terpapar virus. Kasih sayang In Hae kepada Mi Reu membuat dokter epidemi tersebut seolah berlaku egois untuk menyelamatkan anaknya yang sudah terpapar virus. Warga yang terkonfirmasi positif virus diisolasi dalam ruangan berbeda. Akan tetapi, hal tak terduga dilakukan oleh otoritas dengan membunuh warga terinfeksi dalam stadion dengan cara dibakar. Keributan antara warga terjadi dengan otoritas setelah mengetahui pembakaran warga terinfeksi. Rakyat yang melakukan pemberontakan terdapat Ji Koo dan Mi Reu, sedangkan In Hae berada di kubu otoritas sebagai dokter. Sebelumnya, Moonsai (seorang penyintas) telah ditemukan sehat dan diambil plasma konvalesennya oleh otoritas. In Hae dengan egoisnya mengambil konvalesen Monsaai untuk Mi Reu tanpa sepengetahuan otoritas.
Terjadi perundingan antara Perdana Menteri Korea dan Schneider (agen aliansi USA) yang berada di pihak aliansi USA versus Presiden yang melindungi rakyatnya bersama profesor dokter. Mereka berseteru mengenai penembakan warga Bundang yang melakukan pemberontakan. Hal tersebut dirasa tidak manusiawi oleh Presiden Korea karena pemerintah membunuh warganya sendiri yang tidak bersalah. Perseteruan berlanjut saat Presiden menghentikan penembakan kepada warganya dan Schneider berencana melakukan serangan kedua dengan mengebom lokasi chaos pemberontakan. Akan tetapi, rencana tersebut ditarik dan warga Bundang selamat. Mi Reu yang telah disuntik konvalesen Monsaai oleh In Hae dibawa oleh otoritas untuk dikembangkan antibodinya. Akhir cerita, warga Bundang terselamatkan dari Flu Burung yang telah mengancamnya.
Review
Film ini menceritakan tentang awal mula hingga akhir dari suatu epidemi yang berkembang di Bundang, Korea. Alur film menceritakan berbagai fenomena yang terjadi saat epidemi, meliputi konflik sosial, politik, dan sebuah penyelamatan konvalesen untuk dikembangkan sebagai vaksin. Jika direfleksikan dengan situasi saat ini, terdapat kemiripan mulai dari awal penyebaran, kebiasaan, dan pemberontakan yang terjadi. Salah satunya, fenomena panic buying. Nilai yang dapat ditarik dari film ini adalah pentingnya menjaga protokol kesehatan dengan selalu memakai masker untuk menghindari terpapar dari virus. Selain itu, transparansi pasien virus perlu dilakukan otoritas kepada warga agar tidak menimbulkan pemberontakan. Meskipun kekejaman pembakaran mayat tersebut tidak terjadi pada era Pandemi Covid-19 ini. Namun pembelajaran yang dapat ditarik dari film ini adalah ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan maka harus dibarengi dengan solusi yang tepat sasaran. Nilai selanjutnya, sebagai negara yang berdikari kita patut bersyukur. Adanya campur tangan kebijakan dari aliansi maupun negara lain dapat menyebabkan penanganan suatu permasalahan menjadi tidak tepat guna. Film ini mengajarkan kita pada pentingnya kerjasama antara sektor rakyat dan negara.
Reviewer: Fachrurizal Mahendra S. (Mahasiswa S1 Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2020)