SABADESA#2: “Bersama Sekolah Alam, Merakit Mimpi Anak-Anak di Pelosok Negeri”

Oleh : KAPSTRA FISIPOL UGM

Yogyakarta, 13 Juni 2021- Kementerian Sosial Masyarakat (Sosmas) Keluarga Mahasiswa Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (Kapstra) telah melaksanakan Webinar SABADESA#2 dengan tema “Bersama Sekolah Alam, Merakit Mimpi Anak-Anak di Pelosok Negeri” pada Sabtu (12/06). Kementerian Sosmas berusaha untuk memberikan salah satu alternatif dalam mengatasi ketidaksetaraan pendidikan di Indonesia melalui pendidikan nonformal, yaitu Sekolah Alam, yang tentunya sangat relevan dengan studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK). Webinar SABADESA#2 dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dengan menghadirkan dua pembicara yang luar biasa, yaitu Haekal Hamdany, S.P. sebagai pengelola Sakola Alam Harau, dan Matahari Farransahat, S.E., M.HEP. selaku dosen PSdK, serta dipandu oleh Adzkia Yeza, mahasiswi PSdK angkatan 2020. Webinar ini diikuti oleh 62 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, baik civitas academica maupun masyarakat umum. 

Sambutan

Webinar dimulai dengan sambutan dari Milda Loggeita Pinem, S.Sos, M.A., Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi PSdK, Fisipol UGM. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa pendidikan non-formal melalui sekolah alam menjadi bahasan yang menarik untuk dibahas sebagai salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat, mengingat masih adanya ketidakmerataan pendidikan, terutama bagi anak-anak di pelosok negeri. Oleh karena itu, webinar ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagaimana mengatasi masalah pendidikan melalui sekolah alam dengan berkaca pada Sakola Alam Harau, Sumatera Barat.

Pemaparan Materi

Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Haekal Hamdany, S.P. sebagai pembicara pertama pada webinar tersebut. Pada awal pemaparannya, beliau menceritakan mengenai latar belakang berdirinya Sakola Alam Harau dikarenakan angka putus sekolah anak-anak Lembah Harau cukup tinggi. Salah satu penyebabnya karena mereka lebih memilih untuk membantu orang tua di ladang atau sawah daripada melanjutkan pendidikan. Lahirnya Sakola Alam menawarkan sesuatu yang baru untuk anak-anak di Lembah Harau dengan tujuan menjawab keresahan mereka dalam hal pendidikan. Selain itu, Sakola Alam Harau juga menjadi wadah untuk mempertemukan anak muda yang telah mengenyam pendidikan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat. 

Pemaparan Materi

Adapun program-program yang dihadirkan Sakola Alam yaitu Jelajah Harau, Kreasi Kriya, One Day One Bule, dan Tanamanku. Jelajah Harau bertujuan agar anak-anak Harau dapat mengetahui potensi apa saja yang mereka miliki sehingga dapat mengelolanya dengan baik khususnya untuk sektor pariwisata. Kreasi Kriya lahir dari permasalahan ekonomi masyarakat Harau. Program ini menanamkan jiwa kreativitas, inovatif, dan entrepreneurship pada anak-anak di Lembah Harau. Anak-anak diberikan pemahaman sekaligus dilatih untuk membuat suatu kerajinan yang berasal dari sumber daya alam sekitar. Nantinya, hasil dari kerajinan anak Harau akan dipasarkan melalui media sosial Sakola Alam. One Day One Bule mempertemukan wisatawan asing dengan anak-anak Lembah Harau. Pada program ini nantinya tourist dapat memberikan materi untuk anak-anak sehingga diharapkan dapat melatih mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan menggunakan bahasa asing. Program terakhir adalah Tanamanku. Program ini berawal dari adanya sumber daya alam agro di Harau yang belum dimanfaatkan dengan baik. Program ini diberikan agar menjadikan Sakola Alam sebagai laboratorium bagi anak-anak muda dan masyarakat di sana.

Pemaparan Materi

Pendirian Sakola Alam mengalami berbagai kendala, seperti yang terjadi pada tahun 2017 di mana terjadi penolakan, terutama dari orang tua yang tidak mau menerima Sekola Alam karena masyarakat berpikir bahwa nanti anaknya tidak dapat membantu di ladang atau di sawah lagi. Adanya kendala ini diatasi oleh relawan Sakola Alam dengan mencoba beradaptasi kurang lebih 2 minggu dengan melakukan pendekatan pada orang tua secara personal supaya mereka lebih mengetahui tentang Sakola Alam. Selain itu, permasalahan lain terkait dengan relawan yang bersedia mengajar dan peralatan yang digunakan untuk mengajar sangat terbatas sehingga pengelola meningkatkan peran sosial media untuk menarik minat relawan. 

Pemaparan Materi

Hadirnya Sakola Alam memberikan manfaat tidak hanya untuk anak-anak Harau, tetapi juga bagi para orang tua di sana. Anak-anak yang awalnya tidak ingin bersekolah akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan. Bahkan orang tua yang dulunya berpendidikan hanya tamat sekolah dasar, ketika ada Sakola Alam menjadi ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan sistem paket dan berhasil lulus. Anak-anak juga menjadi lebih percaya diri dan mudah berinteraksi dengan orang baru. Selain itu, Sakola Alam memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat karena membuka lapangan kerja baru, yaitu tour guide. 

Pemaparan Materi

Setelah itu, dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Matahari Farransahat S.E., M.HEP selaku Dosen PSdK. Beliau memaparkan bahwa permasalahan kesenjangan pendidikan tidak hanya terjadi di daerah pelosok, tetapi juga terjadi di kota besar. Seperti riset yang beliau lakukan di Sambirejo, Sleman, perbandingan usia sekolah dan anak sekolah dari 10 anak hanya 2 anak yang bersekolah. Dengan demikian, perlu adanya inovasi sosial dalam pendidikan. Menurut beliau, ada 6 langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan inovasi sosial : 

  1. Prompts, Inspiration, and Diagnosis

Dalam menciptakan inovasi selalu ada masalah, misalnya ketimpangan, masyarakat yang mudah tertipu, masyarakat yang sulit terbuka dengan masyarakat asing, dan sebagainya. Maka dari itu, inovasi sosial yang dibentuk tentu harus ada misi sosialnya.

  1. Proposal and Ideas → Ide solusi prtisipatif. 

Solusi yang diberikan bersifat partisipatif, tidak hanya pegiat inovasi sosial sendiri yang mengkreasikan, tetapi juga mendengarkan penerima manfaat tentang hal apa yang ingin mereka terima.

  1. Prototyping and Pilots → purwarupa

Purwarupa merupakan suatu kreasi baru yang dan disempurnakan. Purwarupa hendaknya dapat menjawab kebutuhan dari masyarakat.

  1. Sustaining → literasi kolaborasi

Bagaimana purwarupa itu dilihat dan didiskusikan. Pencapaian yang baik dalam sustaining adalah apabila bertemu dengan kolaborasi. Misalnya, yang dibutuhkan adalah bahasa, kemudian ada seseorang dari luar negeri yang datang dan diajak untuk berkolaborasi.

  1. Scaling and Diffusion → promosi dan gaungkan

Kegiatan atau inovasi sosial ini terus dipromosikan dan digaungkan.

  1. Systemic Change → perubahan sosial berdampak yang diterima

Salah satu contoh inovasi sosial atau start up dalam misi pendidikan adalah Crowdfunding Beasiswa yang dijalankan oleh DEMA FISIPOL. Hal yang unik dari start up ini adalah goals yang ingin dicapai, yakni penerima beasiswa diharapkan dapat melakukan kegiatan sosial, di mana mereka menjadi penerima hal baik dan melakukan hal baik untuk sekitarnya.

Adanya inovasi sosial dalam hal ini di bidang pendidikan sangat dibutuhkan untuk membantu percepatan pemerataan pendidikan. Oleh karena itu, disini Mas Matahari Farransahat S.E., M.HEP atau yang kerap disapa Mas Sais serta Bang Haekal Hamdany, S.P mengajak para pemuda khususnya mahasiswa untuk terus berinovasi dan berkontribusi untuk negeri dalam berbagai hal sesuai dengan fokus dan minat masing-masing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

advanced divider
Kategori