Judul : Keajaiban Toko Kelontong Namiya (The Miracles of the Namiya General Store/Namiya Zakkaten No Kiseki)
Tahun Terbit : 2020 (Cetakan Pertama)
Penulis : Keigo Higashino
Tebal : 404 Halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kutipan : “Meskipun tidak mengerti mengenai tujuan, hidup masih bisa diperbaiki. Jangan takut untuk mencari hal baru, kamu bisa menjadi apapun yang kamu mau karena ada banyak kesempatan. Percayalah pada diri sendiri.”
Sinopsis
Cerita Keajaiban Toko Kelontong Namiya bercerita tentang tiga berandal, yaitu Atsuya, Shota, dan Kohei yang menjadikan toko kelontong tidak berpenghuni sebagai tempat persembunyian setelah melakukan aksi pencurian. Di toko tersebut, mereka menemukan majalah kuno yang memuat salah satu artikel wawancara dengan pemilik Toko Kelontong Namiya. Pemilik toko tersebut menjelaskan bahwa dia membuka sesi konsultasi bagi siapa saja yang membutuhkan. Selanjutnya, hal aneh terjadi. Sepucuk surat misterius mendadak diselipkan ke dalam toko melalui lubang surat. Pada awalnya, tidak ada yang terlihat mencurigakan dari surat tersebut karena pada dasarnya hanya berisi saran. Akan tetapi, surat aneh tersebut justru membawa mereka dalam petualangan melintasi waktu, menggantikan kakek pemilik toko kelontong yang menghabiskan waktu di tahun-tahun terakhirnya dengan memberikan nasihat tulus kepada orang-orang yang meminta bantuan.
Ulasan
Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino ini bergenre fiksi, misteri, dan fantasi. Terjemahan bahasa yang mudah dipahami dan tidak menimbulkan ambiguitas memudahkan para pembaca untuk memahami maksud dalam setiap kata. Novel ini sangat menarik karena berkisah mengenai dunia paralel di Toko Kelontong Namiya. Aliran waktu selama semalam terhenti di toko tersebut tepat pada kematian kakek pemilik toko, 13 September, dalam peringatan 33 tahun kematiannya. Meskipun demikian, satu malam yang dilewati mampu menampilkan keajaiban yang tidak pernah terduga sebelumnya.
Cerita dalam novel yang saling berkaitan tidak menimbulkan kebosanan begitupun dengan sudut pandang yang ada dalam novel tersebut membuat pembaca penasaran dengan bagian selanjutnya serta kehidupan para tokoh yang hidup di dalamnya. Pada awalnya, pembaca merasa tidak ada keterkaitan antartokoh, namun di pertengahan menuju akhir ditemukan fakta bahwa setiap aktor yang ada saling memengaruhi. Dengan demikian, masing-masing kisah yang disajikan saling berkaitan. Alur dalam novel ini adalah campuran sehingga pembaca akan melintasi masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak hanya itu, penyajian permasalahan kehidupan yang mempunyai pelajaran hidup yang ditulis dengan sangat menyentuh. Salah satu pesan paling berkesan dalam novel ini disampaikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang memilih untuk tidak mengikuti jejak sang ayah sebagai penjual ikan. Akan tetapi, bukannya marah dan kecewa, sang ayah berpesan kepada anaknya untuk senantiasa berpikiran positif dan berjuang untuk meraih cita-cita yang diimpikan. Beliau juga berpesan bahwa sesulit apapun medan kehidupan, bahkan jika tidak mencapai impiannya, perjuangan yang sia-sia pun juga berharga.
Pengulas : Ni’ma ulinnuha (Staf Keilmuan KAPSTRA)
Penyunting : Raden Roro Seraphine Kalista Drupadi (Sekretaris KAPSTRA)