Webinar Saba Desa #3 “Tanda Tanya Sejahtera: Sejauh Mana Gerakan Gendongan Mampu Bertahan?”

Oleh: KAPSTRA FISIPOL UGM

Yogyakarta, 4 Desember 2021. Kementerian Sosial Masyarakat Keluarga Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (KAPSTRA) kembali mengadakan Webinar Saba Desa yang mengangkat topik terkait kesejahteraan buruh gendong. Pembicara pertama dalam diskusi ini adalah M. Berkah Gamulya selaku inisiator Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Jogja, sedangkan pembicara kedua adalah Isah Ponisah selaku pengurus Paguyuban Sayukrukun Buruh Gendong. Pembicara terakhir dalam diskusi kali ini, yaitu Astrid Ningtyas F selaku alumni PSdK 2017. 

Pembicara 1 M. Berkah Gamulya selaku inisiator Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Jogja

Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan berdiri pada tanggal 19 oktober 2020 yang dilatarbelakangi oleh pandemi covid 19. Pandemi covid-19 memberikan dampak kepada penurunan pendapatan buruh gendong karena kondisi pasar yang sepi. Selain itu, pemerintah belum memberikan perlindungan terhadap kondisi yang dialami buruh gendong sehingga Dapur Gendong hadir sebagai  gerakan rakyat bantu rakyat dalam mengatasi masalah tersebut. Adanya gerakan tersebut memberikan rasa tenang dan aman bagi para buruh gendong perempuan. Nasi kotak diberikan setiap hari Senin-Jumat pada jam makan pagi dan makan siang melalui Paguyuban Sayukrukun. Maksimal nasi kotak yang telah dibuat adalah 400 dalam sehari. Persiapan dan jumlah nasi kotak yang diberikan sebelumnya telah didiskusikan bersama Paguyuban Sayukrukun dan Komunitas Yasanti. Donasi dan relawan terus mengalir hingga saat ini hingga membuat Dapur Umum Buruh Gendong mampu bertahan. 

Mas Berkah juga menjelaskan bahwa buruh gendong merupakan wanita yang tenaganya dieksploitasi oleh pasar untuk melayani wisatawan yang hadir di Yogyakarta. Keberadaanya memang telah banyak diketahui oleh masyarakat, tetapi kesejahteraannya tidak terjamin hingga saat ini. Mereka tidak memiliki kekuatan untuk melakukan tawar menawar dalam bekerja. Harga dibiarkan fleksibel dan tidak diberikan patokan harga dalam menjual jasa. Pendapatan mereka tidak pasti, tetapi pengeluaran mereka sudah pasti (ongkos pulang dan pergi, toilet, dan kebutuhan harian mereka) sehingga masih sangat diperlukan perhatian yang lebih terhadap kesejahteraan buruh gendong. 

Pembicara 2 Isah Ponisah pengurus paguyuban Sayukrukun Buruh Gendong dan Indira selaku Moderator

Selama awal pandemi kurang lebih 2 bulan para buruh gendong selalu berangkat ke pasar, tetapi tidak mendapatkan pendapatan sama sekali. Namun, Dapur Umum Buruh Gendong hadir memberikan bantuan kepada para buruh gendong. Paguyuban Sayukrukun selalu mengusahakan untuk mendapat BPJS secara gratis dan saat ini sudah dibantu oleh DPRD kota jogja untuk dapat mengakses BPJS secara gratis selama 1 tahun. Paguyuban Buruh Gendong selalu mengadakan pertemuan secara rutin setiap ahad pon. Yayasan Yasanti juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada para buruh gendong. Belum lama ini juga terdapat pelatihan mengenai media yang diadakan oleh yasanti pada para buruh gendong. 

Keberadaan dapur gendong sangat membantu kebutuhan makan para buruh gendong. Tidak hanya itu, keberadaan bis jemputan juga sangat membantu mereka dalam kepulangan mereka ke Kulonprogo. Hampir 90% pekerja buruh gendong merupakan warga Kulonprogo. Bis jemputan tersebut sangat meringankan ongkos para buruh gendong untuk pulang. Selama masa pandemi, para buruh gendong juga menjual beberapa makanan dan hasil bumi yang mereka buat dan mereka miliki untuk menambah penghasilan selama pandemi. 

Pembicara 3 Astrid Ningtyas F, alumni PSdK 2017.

Perempuan mempunyai peran domestik dan peran ganda pada realita yang terjadi saat ini. Para buruh gendong yang ada di Jogja saat ini belum banyak yang mempunyai jaring pengaman sosial. Peran Komunitas Yasanti dan Paguyuban Sayukrukun sangat memberikan peran yang besar bagi para buruh gendong. Peran feminisme dalam paguyuban dan komunitas tersebut dapat memberikan jaring pengaman sosial pada buruh gendong dengan memperjuangkan hak-hak dan memenuhi kebutuhan untuk memberikan kesejahteraan para buruh gendong. 

Sesi Foto Bersama

Webinar ditutup dengan sesi tanya jawab terkait beberapa hal. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain : pandangan terhadap kekerasan verbal pada perempuan yang masih memiliki peran ganda, bagaimana cara membagi peran dalam keseharian, hingga bantuan apa yang pernah diberikan oleh pemerintah. Menurut Narasumber, Sumur, kasur, dapur sudah tidak pada jamannya. RUU ketahanan keluarga yang mengatur mengenai kembalinya perempuan pada pekerjaan domestik saja sudah seharusnya ditentang. Sistem patriarki sudah bukan lagi masanya. Kita harus memperjuangkan keadilan gender untuk kehidupan sejahtera pada kaum perempuan, terutama pada buruh gendong. Kemiskinan di Indonesia ini terjadi bukan karena sikap malas seseorang tapi kemiskinan yang terjadi di Indonesia terjadi karena struktural yang ada tidak berpihak pada kaum marjinal.  Terkait dengan bagaimana menebang hegemoni patriarki dan relasi kuasa, jawabannya adalah pendidikan tinggi yang saat ini sudah didapatkan kaum perempuan sebagai sebuah kemenangan perempuan dalam mensejahterakan dirinya sendiri. 

Penyerahan Donasi

Terakhir, sebagai tindak lanjut dari rangkaian kegiatan PODMAS, SABA DESA, hingga Kapstra Compassion, pada tanggal 8 Desember 2021, Kementerian Sosmas Kapstra menyerahkan donasi langsung kepada perwakilan dari Dapur Gendong sebesar 1.000.000,00. Dengan penyerahan donasi tersebut, maka berakhir pula lah rangkaian acara dengan topik buruh gendong yang diadakan oleh Kapstra 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

advanced divider
Kategori